Secaraumum bentuk Bhakti umat Hindu dapat dilakukan dengan menggunakan: mantra, yantra, tantra, yajña, dan yoga. Mantra adalah doa-doa yang harus diucapkan oleh umat kebanyakan, pinandita, pandita sesuai dengan tingkatannya. Yantra adalah alat atau simbol-simbol keagamaan yang diyakini mempunyai kekuatan spiritual untuk meningkatkan kesucian. MANTRAYANTRA Perenungan. 'NiyataĂœ kuru karma tvaĂœ karma jyĂ yo hyakarmaĂłaĂĄ, sarira-yĂ trĂ pi ca te na prasiddhayed akarmaĂłaĂĄ. Terjemahan: Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara Fungsidan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah: a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha EsaIda Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Fast Money. MUTIARAHINDU - Dalam totalitas kehidupan manusia sebagai insan yang beragama dan berbudaya sangat membutuhkan tuntunan dan perlindungan dari Sang Penciptanya guna dapat meujudkan cita-cita hidupnya. Ajaran agama dapat menuntun umat manusia untuk mewujudkan semuanya itu dengan baik dan damai. Tantra, Yantra, dan Mantra sebagai bagian dari ajaran agama memiliki kontribusi yang bermanfaat untuk mewujudkan semuanya itu oleh umat sedharma. Photo; laddu_gopal_sofa Adapun fungsi dan manfaat ajaran Yantra, Tantra dan Mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu dapat dipaparkan sebagai berikut; 1. Tantra Menurut ajaran tantra disebutkan ada tiga urat saraf manusia yang paling penting, yaitu; Sushumna, Ida dan Pinggala. Keberadaannya dimulai dari muladhara chakra, yang bertempat didasar tulang belakang. Sushumna adalah yang paling penting dari semua saraf atau nadi. Urat saraf atau nadi manusia tidak kelihatan secara kasat mata karena bersifat sangat halus. Ia bergerak melalui jaringan pusat dari tulang belakang dan bergerak jauh sampai titik paling atas dari kepala. Ida dan Pinggala bergerak paralel dengan Sushumna di sebelah kiri dan kanan dari saraf tulang belakang. Ida dan Pinggala bertemu dengan sushumna di ajna chakra, titik yang terletak diantara alis mata Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015183. Mereka berpisah lagi dan mengalir melalui sisi kiri dan kanan hidung Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam Hinduisme maupun Budhisme. Definisi tantra dijelaskan dalam kaliamat ini; shasanat tarayet yastu sah shastrah parikirtitah, yang berarti” yang menyediakan petunjuk jelas memotong dan oleh karena itu menuntun ke jalan pembebasan spiritual dan pengikutnya disebut sastra”. Akar Kata ”trae” diikuti oleh saffix “da” menjadi “tra” yang berarti “yang membebaskan”. Kita melihat penggunaan yang sama dari akar kata “tra” Di dalam kata mantra. Definisi mantra adalah mamanat tarayet yastu sah mantrah parikirtitah”Suatu proses yang ketika diulang-ulang terus menerus di dalam pikiran, membawa pembebasan, disebut mantra. Beberapa sarjana mencoba membagi tantra menjadi dua bagian utama, yaitu “jalan kanan” dan “ jalan kiri”. Bernet Kemper berpendapat, tantra “jalan kanan” menghindari praktek ekstrem, mencari-cari pengertian yang mendalam, dan pembebasan melalui asceticism harus dibedakan dari “jalan kiri”black magic dan ilmu sihir. Ia kemudian menegaskan, di dalam “jalan kanan”, bhakti atau penyerahan diri memegang peranan yang sangat penting. Lebih dari itu, bhakti cenderung menolak dunia material. Sedangkan “jalan kiri” mempunyai kecenderungan yang sangat berbeda. Ia berusaha keras untuk menguasai aspek-aspek kehidupan yang menggangu dan mengerikan seperti kematian dan penyakit. Untuk mengatasi hal tersebut eksistensi dari kekuatan keraksasaan demonic “jalan kiri” membuat kontak langsung di tempat-tempat yang mengerikan seperti di pekuburan. Pandangan kalangan akademis ini sangat berbeda dengan pandangan dari praktisi tantra. Para praktisi tantra pada umumnya menolak pembagian tantra atas tantra positif dan negatif dan menekankan pada metode untuk mentransformasoikan keinginan. Lama Thubten Yeshe, seorang praktisi tibetan mengatakan tantra menggunakan energi dari khyalan seperti keterikatan kepada keinginan adalah sumber dari penderitaan dan oleh karena itu harus di atasi namun ia juga mengajarkan keahlian untuk menggunakan energi dari khayalan tersebut untuk memperdalam kesadaran kita hingga mengahasilkan kemajuan spiritual. Seperti mereka yang dengan keahliannya mampu mengangkat racun tumbuh-tumbuhan dan menjadikan obat yang mujarab, seperti itu pula seorang yang ahli dan terlatih dalam praktek tantra, mampu memanipulasi energi keinginan bahkan kemarahan menjadi mapan. Ini sungguh-sungguh sangat mungkin dilakukan Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015184. Dalam arti tertentu tantra merupakan suatu teknik untuk mempercepat pencapaian tujuan agama atau realisi sang diri dengan menggunakan berbagai medium seperti mantra, yantra, mudra, mandala pemujaan terhadap berbagai Deva-Devi termasuk pemujaan kepada mahluk setengah Deva dan mahluk- mahluk lain, meditasi dan berbagai cara pemujaan, serta praktek yoga yang kadang-kadang dihubungkan dengan hubungan seksual. Elemen-elemen tersebut terdapat dalam tantra Hindu maupun Buddha. Kesamaan teologi ini menjadi faktor penting yang memungkinkan tantra menjadi salah satu medium penyatuan antara Sivaisme dan Buddhisme di Indonesia. Hubungan seksual dalam tantra, seperti dinyatakan oleh Dasgupta; merupakan penyimpangan dari konsep awal tantra. Konsep awal tantra meliputi elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas, yakni; mantra, yantra, mudra dan yoga. Penyimpanan tersebut terjadi karena pnggunaan “alat-alat praktis” dalam tantra Buddha yang berdasarkan prinsip-prinsip Mahayana dimaksudkan untuk merealisasikan tujuan tertinggi baik tantra Hindu maupun Buddha, adalah tercapainya keadaan sempurna dengan penyatuan antara dua praktek serta merealisasikan sifat non dualis dari realitas tertinggi. Sarkar menyatakan hubungan seksual dalam tantra lebih diarahkan untuk mengontrol kekuatan alam dan bukan untuk mencapai kebebasan. Ia mengatakan secara umum tradisi Indonesia membagi tujuan hidup manusia menjadi dua; pragmatis dan Idealistis. Mengontrol kekuatan alam adalah salah satu tujuan pragmatis. Hal ini biasanya dilakukan oleh raja yang mempraktikan sistem kalacakrayana dalam usaha melindungi rakyatnya, memberikan keadilan, kesejahteraan dan kedamaian. Di Indonesia dikenal ada tiga jenis tantra yaitu; Bhairava Heruka di Padang Lawas, Sumatera Barat; Bhairava Kalacakra yang dipraktikkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari dan Adtityavarman dari Sumatera yang se- zaman dengan Gajah Mada di Majapahit; dan Bharavia Bhima di Bali. Arca Bharavia Bima terdapat di Pura Edan, Bedulu, Gianyar Bali. Menurut prasasti Palembang, Tantrayana masuk ke Indonesia melalui kerajaan Srivijaya di Sumatera pada adab ke-7. Kalacakratantra memegang peranan penting dalam unifikasi Sivaisme dan Buddhaisme, karena dalam tantra ini Siva dan Buddha, diunifikasikan menjadi Siva-budha. Konsep Ardhanarisvari memegang peranan yang sangat penting dalam Kalacakratantra. Kalacakratantra mencoba menjelaskan penciptaan dan kekuatan alam dengan penyatuan Devi Kali yang mengerikan, tidak hanya dengan Dhyani Buddha, melainkan juga dengan adi Buddha sendiri. Kalacakratantra mempunyai berbagai nama dalam sekta tantra yang lain seperti; Hewarja, Kalacakra, Acala, Cakra Sambara, Vajrabairava, Yamari, Candama harosama dan berbagai bentuk Heruka Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015185. Di dalam tantrayana ritual adalah elemen utama untuk merealisaikan kebenaran Tertinggi. John Woodroffe mengatakan, ritual adalah sebuah seni keagamaan. Seni adalah bentuk luar materi sebagai ekspresi dari ide-ide yang berdasarkan intelektual dan dirasakan secara emosional. Seni ritual berhubungan dengan ekspresi ide-ide dan perasaan tersebut yang secara khusus disebut religius. Sebagai suatu cara, mana kebenaran religius ditampilkan, dan dapat dimengerti dalam bentuk material dan simbol-simbol oleh pikiran. Ini berhubungan dengan semua manifestasi alam dalam wujud keindahan, dimana untuk beberapa alasan, Tuhan memperlihatkan diri Beliau sendiri. Tetapi ini tidak terbatas hanya untuk tujuan itu semata-mata. Artinya, dengan seni religius sebagai alat pikiran yang ditransformasikan dan di sucikan. Masab siva-buddha dengan pengaruh khusus Kalacakratantra dapat dilihat pada peninggalan-peninggalan arkeologi seperti di Candi Jawi. Prapanca dalam Nagarakertagama Bab 56 ayat 1 dan 2 melukiskan monumen ini dengan sangat indah. Bagian bawah Candi yaitu bagian dasar dan bagian badan candi adalah Sivaitis dan bagian atas atau atap, adalah Buddhistis, sebab di dalam kamar terdapat Arca Siva dan di atasnya di langit-langit terdapat sebuah Arca Aksobhya. Inilah alasannya mengapa Candi Jawi sangat tinggi dan oleh karena itu disebut sebuah Kirthi. Dalam tantra Hindu prinsip metafisika Siva-Shakti dimanifestasikan di dunia material ini dalam wujud laki-laki dan perempuan sedangkan dalam tantra Buddha pola sama diikuti dimana prinsip-prinsip metaphisik Prajna dan Upaya termanifestasikan dalam wujud perempuan dan laki-laki. Tujuan tertinggi dari kedua masab tantra ini adalah penyatuan sempurna yaitu penyatuan antara dua aspek dari realitas dan realisasi dari sifat-sirat non-dualis dari roh dan non-roh. 2. Yantra Fungsi dan manfaat Yantra, dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Simbol sesuatu yang dihormati/dipuja. b. Sarana atau media mewujudkan tujuan hidup dan tujuan agama yang diyakininya. c. Media memusatkan pikiran. Yantra adalah bentuk “niyasa” simbol, pengganti yang sebenarnya yang diwujudkan oleh manusia untuk mengkonsentrasikan baktinya ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, seperti misalnya dalam perpaduan warna, kembang, banten, gambar, arca, dan lain-lain. Setiap yantra baik dari segi bentuk maupun goresan yang tertera pada yantra tersebut mempunyai arti yang berbeda serta tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda sehingga bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern. Yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau seperti sebuah perhiasan tertentu Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015186. Bentuk yantra sudah disesuaikan dengan kebutuhan si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya. 3. Mantra Berdasarkan sumbernya “veda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan Puraóik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Åơāttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, Rājasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, Tāmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnya/Vama marga/Ilmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; Kāvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan Supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi ke Devataan Yoga Sutra berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015187. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut a. Untuk mencapai kebebasan; b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c. Memuja para devata dan roh-roh; d. Berkomunikasi dengan para Deva; e. Memperoleh tenaga dari manusia super Purusottama; f. Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para devata; g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h. Mencegah pengaruh negatif; i. Mengusir roh-roh jahat; j. Mengobati penyakit; k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p. Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci veda’. b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015188. c. Memohon keselamatan. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memohon keselamatan dan kebahagiaan melalui berbagai jalan yang telah ditunjukkannya dalam kitab suci menjadi kewajiban umat sedharma. Keselamatan dalam hidup ini merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam keadaan selamat kita dapat melaksanakan pengabdian hidup ini menjadi lebih baik. Tuhan Yang Maha Esa , pengasih dan penyayang selalu menganugerahkan pertolongan kepada orang-orang-Nya. Orang- orang yang bijaksana sesudah kematiannya memperoleh keselamatan dan kebahagiaan yang sejati. d. Memohon Pencerahan dan kebijakan. Dalam kitab Nirukta Vedangga, mantra dapat dibagi menjadi 3 sesuai dengan tingkat kesukarannya, seperti Paroksa Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi. Hal ini disebabkan mantra jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya kalau diwahyukan oleh Tuhan. Tanpa sabda Tuhan mantra ini tidak mungkin dapat dipahami; Adyatmika Mantra, yaitu mantra yang memiliki tingkat kesukaran yang lebih rendah dari Paroksa Mantra. Mantra ini dapat dicapai maknanya melalui proses pensucian diri. Orang yang rohaninya masih kotor, tidak mungkin dapat memahami arti dan fungsi jenis mantra ini; Pratyāksa Mantra, yaitu mantra yang lebih mudah dipahami dibandingkan dengan Paroksa Mantra dan Adyatmika Mantra. Untuk menjangkau makna mantra ini dapat hanya mengandalkan ketajaman pikiran dan indriya. e. Melestarikan ajaran “dharma”. Sumber ajaran Agama Hindu adalah Veda. Veda adalah wahyu Tuhan yang diterima oleh para Maharsi baik secara langsung, maupun berdasarkan ingatannya. Diyakini bahwa pada awalnya veda diajarkan secara lisan, hal ini memungkinkan karena pada saat itu manusia masih mempolakan dirinya secara sederhana dan polos. Setelah kebudayaan manusia semakin berkembang, peralatan tulis-menulis telah ditemukan maka berbagai jenis mantra yang sudah ada dan yang baru diterima dituliskan secara baik dalam buku, kitab, lontar yang disebut Varnātmaka Sabda, yang terdiri dari suku kata, kata ataupun kalimat. Sedangkan mantra yang diucapkan disebut Dhvanyātma Sabda, yang merupakan nada atau perwujudan dari pikiran melaui suara tertentu, yang dapat berupa suara saja atau kata-kata yang diucapkan ataupun dilagukan dan setiap macamnya dipergunakan sesuai dengan keperluan, kemampuan serta motif pelaksana Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015189. Renungan “Om Adityasya paramjyotir rakta tejo namo stute, cweta pankaja madhyasthe bhaskaraya namo stute.” Terjemahan Ya Tuhan, hamba memuja-Mu dalam perwujudan sinar suci yang merah cemerlang berkilauan cahaya-Mu, Engkau putih suci, bersemayam di tengah- tengah laksana teratai, Engkaulah sumber cahaya yang hamba puja. Referensi Ngurah Dwaja, I Gusti dan Mudana, I Nengah. 2015. Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas XII. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Sumber Buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti kelas XII Kontributor Naskah I Gusti Ngurah Dwaja dan I Nengah Mudana Penelaah I Made Suparta, I Made Sutresna, dan I Wayan Budi Utama Penyelia Penerbitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Cetakan Ke-1, 2015 Quand les gens entendent le mot Tantra , ils pensent gĂ©nĂ©ralement aux postures Ă©sotĂ©riques dĂ©crites dans le Kama Sutra. Personnellement, j’ai dĂ©couvert de nombreux avantages inattendus pour la santĂ© grĂące Ă  la pratique de cette ancienne forme de mĂ©ditation et des pratiques de respiration associĂ©es. Quand j’ai commencĂ© le Tantra il y a une dizaine d’annĂ©e, je ne savais pas Ă  quel point le Tantra Ă©tait puissant dans tous les aspects de ma vie. TrĂšs vite, aprĂšs avoir empruntĂ© la voie tantrique, j’ai pris conscience d’un calme dans l’esprit, quelque chose que j’essayais d’accomplir sans succĂšs depuis des annĂ©es. Cela seul m’a aidĂ© Ă  rĂ©duire mon niveau de stress. Mais ce n’est pas tout; Ce n’était que le commencement. Maintenant, aprĂšs 10 ans de pratique du tantra, je suis conscient que je ne souffre plus de rien, physiquement, Ă©motionnellement, mentalement, spirituellement. Savais-je que cela m’arriverait ? En aucune façon. Le tantra traduit grossiĂšrement signifie tisser» corps, Ăąme et esprit. Cela signifie littĂ©ralement que vous pouvez dĂ©velopper tout votre ĂȘtre en prenant davantage conscience de vos sens, de vos sentiments et de votre Ă©nergie. Cela inclut la prise de conscience de votre respiration – la base de toutes les formes de mĂ©ditation – avec l’ajout de votre Ă©nergie sexuelle augmentant votre capacitĂ© Ă  ressentir – spĂ©cifiquement le plaisir – trĂšs diffĂ©rent des autres formes de mĂ©ditation. Il est important de noter que l’union sexuelle dĂ©crite dans les peintures tantriques et gravĂ©e sur les murs du temple est symbolique de ce que l’on peut obtenir en rejoignant les Ă©nergies fĂ©minine et masculine principalement Ă  l’intĂ©rieur de soi. Certains disent que le Tantra a commencĂ© dans l’Egypte ancienne, d’autres prĂ©tendent qu’il a commencĂ© il y a 3000 Ă  5000 ans en Inde. Fondamentalement, il est composĂ© de plusieurs traditions Ă©sotĂ©riques enracinĂ©es dans les religions de l’Inde, notamment l’hindou, le jaĂŻn et le bonpo. On trouve mĂȘme des aspects du tantra dans l’ancienne Kabala. La plupart de ses pratiquants Ă©taient dispersĂ©s Ă  travers l’Asie en Inde, en Chine, au Tibet, au Japon, au Cambodge, au Sri Lanka, au Pakistan, au NĂ©pal, au Bhoutan, en Birmanie, en IndonĂ©sie et en Mongolie jusqu’à rĂ©cemment, quand cela intĂ©ressa les AmĂ©ricains, le Canada, l’Australie, IsraĂ«l et dans toute l’Europe. Alors, comment le tantra peut-il affecter votre santĂ© ? Pourquoi est-ce une forme de guĂ©rison holistique ? Fondamentalement, les gens vivent la plupart du temps dans leurs pensĂ©es, leurs jugements, leurs Ă©valuations et leurs Ă©valuations vivre dans leur tĂȘte. Lorsque leurs corps donnent des signaux, ils les ignorent car ils sont formĂ©s pour Ă©valuer uniquement ce que pense leur esprit. La plupart des gens sont engourdis ou ne se sentent pas trĂšs bien. Il y a trĂšs peu de place pour le plaisir. En fait, ils ne ressentent presque aucun plaisir. Le plaisir apparaĂźt comme une anticipation plutĂŽt que comme une expĂ©rience sensuelle, ressentie dans le corps. Rappelez-vous vraiment vouloir quelque chose comme une nouvelle voiture ? Puis, quand vous l’avez eu, le plaisir n’a pas durĂ© trĂšs longtemps, peut-ĂȘtre jusqu’à la premiĂšre Ă©gratignure. Ce n’était pas le sentiment que vous attendiez de l’acquisition d’une nouvelle voiture, n’est-ce pas ? L’esprit peut imaginer que quelque chose nous apportera une sensation de plaisir, mais il faut en rĂ©alitĂ© que le corps le ressente. Pour beaucoup de gens, le fait de se sentir passionnĂ©ment Ă©tait dĂ©couragĂ©. On nous a dit que nous devions garder le contrĂŽle de nous-mĂȘmes, de nos Ă©motions. On nous disait des choses comme “Pourquoi vous sentez-vous comme ça ? Ce n’est pas rationnel.” Nous avons donc appris Ă  enterrer nos sentiments et Ă  faire l’expĂ©rience de la vie dans nos tĂȘtes. Nos corps sont devenus utiles pour porter des ornements dĂ©coratifs attraction et nous emmener quelque part, de rĂ©union en rĂ©union mouvement minimal. Essentiellement, nos corps sont devenus quelque chose que nous faisons ou utilisons de certaines maniĂšres, mais pas une source de connaissance interne. Beaucoup de gens sont devenus des automates qui se prĂ©cipitent pour travailler, faire, faire, faire et encore faire. Mais quand vient le temps de se dĂ©tendre, de reprendre son souffle, nous n’arrivons pas Ă  le faire. Pour la plupart des gens, il est un peu effrayant de s’arrĂȘter et de se concentrer sur la respiration. Quand on cherche Ă  trouver du plaisir, il ne semble jamais y avoir assez de temps. Parce que nous sommes tellement dĂ©connectĂ©s, rien ne rĂ©pond Ă  nos attentes. Ou peut-ĂȘtre, tous ces sentiments que nous avons retenus risquent de se prĂ©cipiter hors de nous et nous ne pouvons pas voir cela, n’est-ce pas ? C’est vrai, des sentiments, des Ă©motions, des sens, des souvenirs reviendront souvent au cours de la pratique tantrique. Et ensuite que faisons-nous ? Qui a le temps pour traiter ça ? Et si on perd le contrĂŽle ? Qui veut faire l’expĂ©rience? Vous devriez le vouloir ! Pourquoi est-ce si important ? Vous voulez ressentir tous ces sentiments pour pouvoir augmenter votre capacitĂ© de plaisir. C’est votre droit de naissance de ressentir du plaisir et c’est un aspect de la vie de ressentir des sensations. En substance, c’est un acte de vous honorer. Lorsque vous commencez Ă  ressentir et Ă  respirer, vous vous sentirez naturellement mieux, plus heureux, plus passionnĂ© et plus vivant. Le mot clĂ© ici est “naturellement”. C’est notre nature Ă  ressentir. C’est facile et cela prend trĂšs peu de temps pour faire une diffĂ©rence dans votre vie. Chacune des nombreuses techniques peut vous apporter un sentiment de calme et de paix dans votre quotidien avec un minimum d’effort. En pratiquant, vous vous concentrez sur l’ouverture au plaisir. Comment ? Dans le Tantra, nous apprenons Ă  respirer en faisant des exercices de Kegel et en Ă©mettant des sons. Nous apprenons donc Ă  bien respirer. Ensuite, nous ajoutons des contractions musculaires pour crĂ©er une charge dans notre propre corps en utilisant la force vitale – l’énergie sexuelle. ParallĂšlement Ă  la compression des muscles du sphincter, nous ajoutons des sons tels que Oooo et Ahhhh». Cela nous permet finalement de ressentir tous nos sentiments. Une fois que nous les ressentons, nous apprenons Ă  libĂ©rer les sentiments toxiques et les souvenirs du passĂ© stockĂ©s Ă  l’aide de techniques de libĂ©ration Ă©motionnelle. Nous apprenons Ă©galement Ă  transformer l’énergie sexuelle en un lien spirituel avec notre moi supĂ©rieur». Le rĂ©sultat est l’élimination des sentiments de honte et de culpabilitĂ©, ainsi que de tout autre traumatisme que nous avons pu vivre plus tĂŽt dans notre vie et qui a Ă©tĂ© stockĂ© dans notre mĂ©moire cellulaire. Le rĂ©sultat ? Plaisir, permission de vivre pleinement sa vie sans crainte – le corps, l’esprit et l’ñme liĂ©s au travail en union. Rappelez-vous que lorsque j’ai commencĂ© le tantra, je ne savais pas comment ma vie allait changer. Si j’avais su, je l’aurais trĂšs certainement intĂ©grĂ© plus tĂŽt dans la vie. Ma vie est-elle plus savoureuse ? Oui. En fait non, c’est tellement plus. J Les bienfaits holistiques de la pratique du tantra 1. Se sentir bien dans sa peau – plus attrayant, plus confiant en soi, augmentez votre capacitĂ© Ă  avoir plus de plaisir, faites l’expĂ©rience de la joie et de l’épanouissement en tant que mode de vie. 2. Renforcez votre bien-ĂȘtre – Ă©liminez les toxines, le stress – acceptez-vous pour qui vous ĂȘtes et libĂ©rez de profonds souvenirs cellulaires douloureux; se sentir en sĂ©curitĂ© et unis. 3. Concentrez-vous – dĂ©finissez vos intentions, faites les pratiques et observez les lois de l’attraction pour apporter ce que vous voulez, c’est-Ă -dire un partenaire de vie, plus d’argent, un changement de carriĂšre 4. AmĂ©liorez vos relations – voyez les autres comme ce qu’ils sont vraiment, reliez-vous Ă  leur nature divine profonde et faites confiance Ă  votre intuition 5. ExpĂ©rimentez l’expression de vos Ă©motions les plus profondes. Connaissez l’enlĂšvement, l’amour, la passion et bien plus ! Devenez votre bien-aimĂ© ! Pendidikan Agama Hindu Dan Budi Pekerti 187 si pemakainya. Dengan berkembangnya zaman seperti sekarang ini, banyak sekali yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. Memang sebaiknya yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya. Dengan kedekatan itu, maka energi yang ada dalam yantra dan energi si pemakai menjadi saling menyesesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya. 3. Mantra Berdasarkan sumbernya “veda” ada bermacam-macam jenis mantra yang secara garis besar dapat dipisahkan menjadi; Vedik mantra, Tantrika mantra, dan PuraĂłik mantra. Sedangkan berdasarkan sifatnya mantra dapat terbagi menjadi; Úāttvika mantra mantra yang diucapkan guna untuk pencerahan, sinar, kebijaksanaan, kasih sayang Tuhan tertinggi, cinta kasih dan perwujudan Tuhan, R ājasika mantra mantra yang diucapkan guna kemakmuran duniawi serta kesejahteraan anak-cucu, T āmasika mantra mantra yang diucapkan guna mendamaikan roh-roh jahat, untuk menghancurkan atau menyengsarakan orang lain, ataupun perbuatan-perbuatan kejam lainnyaVama margaIlmu Hitam. Disamping itu mantra juga dapat diklasifikasikan menjadi sebutan antara lain Mantra yang berupa sebuah daya pemikiran yang diberikan dalam bentuk beberapa suku kata atau kata, guna keperluan meditasi dari seorang guru Mantra Diksa; Stotra doa-doa kepada para devata, Stotra ada yang bersifat umum, yaitu; yang dipergunakan untuk kepentingan umum yang harus datang dari Tuhan sesuai dengan kehendakNya, misalnya doa-doa yang diucapkan oleh para rohaniawan ketika memimpin persembahyangan, sedangkan Stotra yang bersifat khusus adalah doa-doa dari seorang pribadi kepada Tuhan untuk memenuhi beberapa keinginan khususnya, misalnya doa memohon anak, dan sebagainya; K āvaca Mantra mantra yang dipergunakan untuk benteng atau perlindungan dari berbagai rintangan. Umat Hindu percaya bahwa kehidupan ini diliputi dan diresapi oleh mantra. Semua mahluk, apakah seorang petani atau seorang raja, semuanya diatur oleh mantra. Adapun arti dan makna sebuah mantra adalah utuk mengembangkan sebuah kekuatan Supranpada diri manusia; “Pikiran yang luar biasa dapat muncul dari kelahiran, obat-obatan, mantra-mantra, pertapaan dan kontemplasi ke Devataan Yoga Sutra berdasarkan hal tersebut, maka mantra adalah ucapan yang luar biasa yang dapat mengikat pikiran. Adapun makna mantra ataupun maksud pengucapan mantra, dapat dirinci sebagai berikut 188 Kelas XII SMA Semester 1 a. Untuk mencapai kebebasan; b. Memuja manifestasi Tuhan yang Maha Esa; c. Memuja para devata dan roh-roh; d. Berkomunikasi dengan para Deva; e. Memperoleh tenaga dari manusia super Purusottama; f. Menyampaikan persembahan kepada roh leluhur dan para devata; g. Berkomunikasi dengan roh-roh dan hantu-hantu; h. Mencegah pengaruh negatif; i. Mengusir roh-roh jahat; j. Mengobati penyakit; k. Mempersiapkan air yang dapat menyembuhkan air suci; l. Menghancurkan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan manusia; m. Menetralkan pengaruh bisa atau racun dalam tubuh manusia; n. Memberi pengaruh lain terhadap pikiran dan perbuatan; o. Mengontrol manusia, binatang-binatang buas, Deva-Deva dan roh-roh jahat; p. Menyucikan badan manusia Majumar, 1952, 606. Fungsi dan manfaat mantra dalam kehidupan dan penerapan ajaran Hindu bagi umat sedharma adalah a. Memuja Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Agama Hindu, Tuhan Yang Maha EsaIda Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pencipta semua yang ada ini. Beliaulah menyebabkan semua yang ada ini menjadi hidup. Tanpa bantuan beliau semuanya ini tidak akan pernah ada. Kita patut bersyukur kehadapan-Nya dengan memuja-Nya, sebagaimana diajarkan oleh agama yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci veda’ b. Memohon kesucian. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mahasuci. Bila kita ingin memperoleh kesucian itu, dekatkanlah diri ini kepada-Nya. Dengan kesucian hati menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan, menghancurkan pikiran atau perbuatan jahat. Orang yang memiliki kesucian hati mencapai surga dan bila ia berpikiran jernih dan suci maka kesucian akan mengelilinginya. Kesucian atau hidup suci diamanatkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha Esa.

manfaat tantra yantra dan mantra